Sabtu, 30 Juni 2007

गिगी

USAHA KESEHATAN GIGI
PADA ANAK SEKOLAH


Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang bermanfaat untuk menciptakan iklim atau kondisi yang dapat mempengaruhi tingkah laku kesehatan individu. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dari anak didik yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Untuk timbulnya sikap dan tingkah laku yang diharapkan itu diperlukan suatu proses pendidikan. Untuk mencapai tujuan dari suatu proses pendidikan, diperlukan sarana penunjang berupa strategi pendekatan. Strategi pendekatan yang sesuai dengan kondisi perorangan maupun kelompok masyarakat, akan mempercepat proses terjadinya perubahan tingkah laku itu. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat.

Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi, dan atau mengajak orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat, arena tingkat kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan indeks pembangunan manusia (IPM). Tingkah laku yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan ini adalah yang menunjang cara hidup sehat, baik manusia sebagai perorangan maupun sebagai kelompok masyarakat, oleh kerena pendidikan kesehatan sangatlah penting untuk menunjang setiap program kesehatan yang direncanakan. Tetapi seperti yang kita tahu bahwa pelaksanaan pendidikan ini, baik di negara maju maupun berkembang mengalami berbagai hambatan dalam rangka pencapaian tujuannya, yakni mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakatnya. Hambatan yang paling besar dirasakan adalah faktor pendukungnya, yakni yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan gigi bagi masyarakat itu sendiri, misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya.


Kesehatan Gigi dan Mulut

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah semua upaya atau aktivitas yang mempengaruhi orang-orang untuk bertingkah laku yang baik bagi kesehatan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut serta memberikan pengertian cara-cara memelihara kesehatan gigi dan mulut. Pendidikan kesehatan gigi dan mulut ini merupakan satu bagian penting dari program pendidikan kesehatan secara keseluruhan. Program kesehatan gigi dan mulut pada hakekatnya ditunjukkan kepada seluruh masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat itu sendiri (DepKes. RI. 1982). Sebagaimana program kesehatan pada umumnya, walaupun baiknya program kesehatan itu, bila dalam pelaksanaannya tanpa mempertimbangkan keikutsertaan masyarakat di dalamnya, maka kemungkinan akan terjadinya hambatan atau bahkan kegagalan.

Dalam hal kesehatan gigi dan mulut, beberapa pakar mengatakan bahwa Departemen Kesehatan seringkali mengabaikan masalah kesehatan gigi dan mulut ini. Sebagai salah satu contoh, program yang diselenggarakan di puskesmas-puskesmas mengenai usaha kesehatan gigi masih belum optimal diselenggarakan, seperti melakukan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut serta perawatannya secara rutin untuk anak-anak sekolah masih jarang dilakukan. Semua hal tersebut adalah program pokok puskesmas, namun sering diabaikan sehingga menjadi suatu hambatan dalam mencapai tujuan untuk menghilangkan atau mengurangi gangguan kesehatan gigi dan mulut serta mempertinggi kesadaran kelompok masyarakat tentang pentingnya pemerliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Program-program yang baik adalah yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat itu sendiri. Tetapi oleh karena sebagian besar masyarakat Indonesia hanya mempunyai tingkat pengetahuan dan ekonomi yang masih rendah, dengan sendirinya nilai kebutuhan akan kesehatan gigi dan mulut ini masih perlu dibangkitkan, supaya mereka menyadari bahwa kesehatan gigi dan mulut ini perlu ditingkatkan dan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam hidupnya. Dengan begitu mereka dapat melakukan sendiri dengan cara yang benar di dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.

Usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid-murid sekolah, antara lain melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dalam pemberian fluor guna mencegah atau mengurangi karies gigi atau penyakit gigi lainnya.

Lebih rincinya ada beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) ini, yaitu :

1. Kumur-kumur dengan larutan fluor

Tujuannya adalah untuk mendapatkan lapisan gigi yang lebih tahan terhadap serangan asam. Asam merupakan hasil akhir dari sisa-sisa makanan terutama yang mengandung karbohidrat. Dengan lapisan email yang lebih tahan terhadap asam, diharapkan tidak akan cepat terjadi lubang pada gigi (karies).

2. Sikat gigi

Kepada setiap siswa/i diberikan pasta Fluocaril pada saat kegiatan ini berlangsung. Kegiatan ini dilakukan di tempat khusus yang sudah disediakan sekolah dan sebaiknya dilengkapi juga dengan cermin, sehingga mereka dapat melihat sendiri pada saat mereka menyikat gigi. Cara sikat gigi yang baik dan benar diajarkan oleh perawat yang bertugas di lokasi sekolah tersebut. Untuk menguji apakah siswa/i telah menyikat gigi dengan bersih diberikan suatu larutan (disclosing solution) yang berwarna merah. Jika masih banyak sisa-sisa makanan/lapisan plak yang menempel akan terlihat banyak bagian gigi (email) yang berwarna merah. Kepada siswa/i yang belum menyikat giginya dengan bersih dianjurkan untuk melanjutkan kegiatan menyikat gigi ini. Dengan cara tersebut diharapkan setiap siswa/i mempunyai pengalaman dan latihan untuk mengetahui berapa lama seseorang harus menyikat gigi sampai bersih betul. Kegiatan sikat gigi bersama ini dapat dilakukan beberapa kali dalam satu bulan.

3. Pendidikan kesehatan gigi dan mulut

Pada siswa/i TK dan SD diberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan cara menggunakan buku pegangan yang bisa didapat dari Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia. Buku-buku tersebut telah disusun berdasarkan urutan kelasnya yaitu buku I untuk kelas I dan seterusnya sampai buku VI dan dilengkapi dengan buku kerjanya masing-masing. Penyuluhan diberikan oleh dokter gigi dengan dibantu overhead projector, slide, gambar-gambar dan alat-alat peraga yang menarik seperti model gigi dan lain-lainnya sehingga penyuluhan itu tidak berkesan membosankan, selain tentang kesehatan gigi, diberikan juga penyuluhan tentang bagaimana menjaga kesehatan mulut yang nantinya akan berpengaruh pada kesehatan gigi. Kerjasama dengan kepala sekolah sangat diperluka karena penyuluhan ini dilaksanakan pada jam-jam sekolah dan seharusnya sudah dijadwalkan pada awal tahun pelajaran. Tujuan dari penyuluhan tersebut adalah agar siswa/i lebih sadar bagaimana seharusnya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya masing-masing. Peran serta guru kelas dan kepala sekolah besar artinya dalam keberhasilan usaha kegiatan penyuluhan tersebut.

Perawatan gigi dan mulut ditunjukkan dalam memperoleh pengobatan yang diperlukan, terutama pengobatan dalam menghilangkan rasa sakit, dan mencegah kerusakan gigi semakin parah. Sebaiknya sebelum dilakukan perawatan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan untuk membuat data dari setiap siswa/i. Pada tiap-tiap awal tahun pengajaran dilakukan pemeriksaan awal untuk dibuatkan kartu status tentang keadaan gigi geligi masing-masing juga tentang kesehatan mulut secara keseluruhan. Berdasarkan data-data tersebut, diperoleh gambaran mengenai berapa jumlah siswa/i yang memerlukan penambalan dan pencabutan diberikan surat untuk ditandatangani orang tuanya sebagai tanda persetujuan bahwa putra/i-nya diizinkan dirawat di sekolah. Mengingat UKGS bukanlah poliklinik, maka perawatan yang diberikan hanyalah penambalan tetap, pencabutan gigi susu yang sudah saatnya tanggal, pengobatan gigi untuk menghilangkan rasa sakit/pencegahan kerusakan lebih lanjut.
MERAWAT GIGI DAN MULUT BALITA DAN ANAK


Perawatan gigi dan mulut pada masa balita dan anak ternyata cukup menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya. Beberapa penyakit gigi dan mulut bisa mereka alami bila perawatan tidak dilakukan dengan baik. Di antaranya caries (lubang pada permukaan gigi), ginggivitis (radang gusi), dan sariawan.
Untuk mencegahnya, beberapa hal berikut perlu mendapatkan perhatian orang tua:
Kurangi konsumsi makanan manis dan mudah melekat pada gigi seperti permen atau coklat. Namun melarang sama sekali dapat menimbulkan dampak psikis.
Ajak mereka menggosok gigi secara teratur dan benar pada pagi, sore, dan menjelang tidur. Lebih baik lagi bila dilakukan setiap usai makan. Biasakan mereka berkumur-kumur setelah makan makanan manis.
Siapkan makanan kaya kalsium (ikan & susu), fluor (teh, daging sapi & sayuran hijau), fosfor, serta vitamin A (wortel), C (bebuahan), D (susu), dan E (kecambah). Mineral dan vitamin tersebut diperlukan untuk pertumbuhan gigi mereka.
Jaga higiene oral mereka dengan baik. Bila ada karang gigi segera bawa ke dokter gigi untuk dibersihkan.
Ajak mereka memeriksakan gigi enam bulan sekali.
Bila tiba-tiba mengeluh sakit gigi, suruh mereka berkumur dengan air garam hangat dan lubang ditutup kapas berminyak cengkeh. Bila sariawan, suruh mereka berkumur dengan air rebusan sirih dan garam yang hangat. Lalu, bawa ke dokter/klinik gigi.


Merawat Gigi Anak Agar Sehat

Perawatan gigi dan mulut secara maksimal, khususnya pada masa balita dan anak-anak, akan menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada usia selanjutnya. Untuk memperoleh gigi yang sehat pada anak, bagaimanakah cara perawatannya?
Penyakit gigi dan mulut akan sering dialami oleh balita dan anak-anak bila perawatannya tidak dilakukan dengan baik. Contoh penyakit gigi dan mulut yaitu caries (lubang pada permukaan gigi), ginggivitis (radang pada gusi), dan sariawan.?

Sehabis mengonsumsi makanan yang manis (seperti coklat) dan lengket (seperti dodol), jika tidak segera disikat akan tertinggal dan menyebabkan kerusakan pada gigi. Selain itu, minuman seperti teh, kopi, minuman ringan, serta rokok juga dapat menimbulkan lapisan tipis di gigi yang disebut dengan stain sehingga warna gigi menjadi kusam dan kecoklatan. Lapisan stain yang kasar itu mudah ditempeli oleh sisa makanan dan kuman yang akhirnya membentuk plak, dan jika tidak dibersihkan akan mengeras dan membentuk karang gigi (calculus) yang dapat merambat ke akar gigi. Akibatnya gusi mudah berdarah, gigi gampang goyah, dan mudah tanggal.?

Merawat gigi bayi dapat dilakukan dengan cara membersihkan giginya dengan menggunakan kain kasa atau kapas yang dibilas dengan air hangat, kemudian digosokkan secara pelan-pelan pada gusi bayi. Apabila anak sudah beranjak besar, orang tua harus mengajarinya tentang rutinitas menggosok gigi. Sebaiknya pola makan si anak?harus selalu diperhatikan, apakah makanan yang dikonsumsinya dapat merusak gigi atau tidak. Jangan terlalu sering memberikan anak makanan yang manis dan mudah melekat di gigi atau gusi seperti permen, coklat, dan biskuit. Makanan seperti itu dapat bereaksi di mulut dan akhirnya membentuk asam yang dapat merusak gigi dan dapat menimbulkan gigi berlubang, gigi tanggal sebelum waktunya, serta gangguan pada ukuran, bentuk maupun jumlah gigi. Untuk mencegah hal itu, berikanlah si kecil makanan yang berserat, seperti sayur dan buah yang bersifat self cleansing (membersihkan gigi) karena membutuhkan proses pengunyahan secara berulang-ulang.?Kalau memang ingin memberikan makanan seperti coklat, permen, biskut dan makanan manis lainnya hendaknya pada waktu yang tepat, misalnya setelah makan siang. Jika sudah selesai mengonsumsi makanan tersebut, anak sebaiknya disuruh untuk menyikat giginya hingga bersih.

Mungkin untuk sebagian orang kesehatan mulut selalu menjadi nomor yang kesekian, tapi tak banyak orang tahu jika mulut adalah organ yang berperan penting bagi kesehatan tubuh. Kesehatan mulut tak sekedar untuk mendapatkan gigi yang putih, bersih dan kuat, tetapi menjaga kesehatan mulut berarti juga ikut menjaga kesehatan seluruh badan, karena mulut adalah pintu masuk segala macam benda asing ke dalam badan.

Banyak orang yang tidak tahu, banyak penyakit berawal dari mulut, pada umumnya orang hanya tahu, penyakit mulut hanyalah pada gigi, padahal dari gigilah sumber bersarangnya banyak penyakit.


MEKANISME PENYEBARAN

Penyebaran penyakit dari gigi ke organ tubuh lain disebabkan oleh infeksi kronis di suatu tempat yang memicu penyakit ditempat lain. Dan bakteri, sisa-sisa dari kotoran maupun mikroba penginfeksi bisa menyebar ke tempat lain di tubuh.

Sebetulnya, bakteri dari dalam mulut tidak akan bisa masuk ke dalam sistem aliran darah, asalkan kita bisa menjaga kesehatan gigi. Jika kita mempunyai sistem imun yang kuat, kehadiran bakteri dalam mulut tidak akan mendatangkan masalah. Tetapi bagi orang yang sistem imunnya lemah, bakteri dari mulut bisa menyebabkan menyebarnya penyakit ke anggota tubuh yang lain, seperti endocarditis (bakteri dari mulut memasuki aliran darah)

PENGARUH PADA JANTUNG

Dampak penyakit gigi pada jantung dapat berupa penyakit jantung koroner, peradangan otot, serta katup jantung (endokarditis). Bakteri yang terbawa aliran darah bisa memproduksi enzim yang mempercepat terbentuknya bekuan darah, sehingga mengeraskan dinding pembuluh darah jantung (aterosklerosis). Bakteri dapat juga melekat pada lapisan (plak) lemak di pembuluh darah jantung dan mempertebal plak. Semua itu, menghambat aliran darah serta penyaluran sumber makanan dan oksigen ke jantung, sehingga jantung tak berfungsi semestinya.

Kemungkinan lain, reaksi peradangan yang disebabkan oleh penyakit gigi meningkatkan pembentukan plak yang memacu penebalan dinding pembuluh darah. Penelitian menunjukkan, orang dengan penyakit gigi mempunyai risiko dua kali lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.

Bakteri di lubang gigi maupun gusi yang rusak dapat masuk ke dalam sirkulasi darah lewat gusi yang berdarah. Bakteri ini dengan mudah menyerang katup jantung maupun otot jantung yang telah melemah. Gejalanya berupa demam, bising jantung, perdarahan di bawah kulit, bahkan embolisasi (penyumbatan) pembuluh darah kecil di organ-organ tubuh lainnya.

Meskipun jarang, penyakit ini dapat berakibat fatal dan kadang kala memerlukan operasi katup jantung darurat. Selain itu juga sangat dianjurkan pemberian antibiotika sebagai profilaksi pada orang yang menderita prolaps katup jantung, penyakit jantung rematik dan kelainan jantung bawaan, sebelum mendapatkan tindakan pengobatan gigi.


JAGA KESEHATAN GIGI & MULUT


STROKE

Penyakit gusi, yaitu infeksi pada jaringan pendukung gigi, ternyata dapat menjadi risiko untuk terjadinya stroke. Sepintas memang terlihat tak ada kaitannta, namun banyak penelitian menemukan adanya hubungan yang erat antara kedua penyakit tersebut. Plak pada jaringan gusi yang tidak dibersihkan secara teratur, dapat mengiritasi gusi, sehingga gusi menjadi merah, mudah berdarah dan terkadang membengkak, ini gejala awal terjadinya gingivitis.

Gingivitis yang turut bertanggungjawab dalam pembentukan darah beku akan menjadikan arteri tersumbat, karena bakteri ini menyebabkan radang di seluruh badan, termasuk saluran darah yang meningkatkan resiko plak aterosklerotik.

KELAHIRAN PREMATUR

Penyakit gusi/jaringan pendukung gigi juga dapat menyebabkan kelahiran sebelum waktunya (prematur). Hal ini bisa terjadi, karena bakteri yang berasal dari mulut menghasilkan toksin dan sampai ke plasenta melalui aliran darah. Toksin ini akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fetus, yang dapat menimbulkan rangsangan untuk mempercepat kelahiran.

Menjaga kesehatan gigi dan mulut jauh lebih mudah dibandingkan mengatasi penyakit yang ditimbulkan. Jika selama ini kita sering mengabaikan kesehatan gigi, sekarang saat terbaik untuk lebih serius memberi perhatian kepada kesehatan mulut. Jangan segan untuk pergi ke dokter gigi bila mengalami keluhan pada gigi, dan dianjurkan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut dengan rajin menggosok gigi minimal dua kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung flouride. Ingat kata orang tua 'Jangan memandang remeh penyakit.


UPAYA PENINGKATAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT SESUAI KEBUTUHAN MASYARAKAT SETEMPAT



Penyakit gigi dan mulut di Indonesia merupakan masalah utama dan diderita oleh 90% penduduk. Di negara berkembang khususnya di Indonesia penyakit gigi dan muluit umumnya masih tinggi dan cenderung meningkat, bila tidak dilakukan perawatan atau diobati, maka akan semakin parah.

Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan di masyarakat adalah penyakit karies dan periodontitis. Salah satu alternatif dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat adalah melalui Puskesmas. Selama ini pendayagunaan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas belum optimal, meskipun Departemen Kesehatan telah melakukan upaya peningkatan pelayanan melalui pendidikan dan pelatihan singkat pada dokter gigi dan perawat gigi. Namun status kesehatan gigi dan mulut belum optimal, terbukti status kesehatan gigi dan mulut anak usia 12 tahun yang merupakan indikator utama pengukuran DMFT menurut WHO masih tergolong tinggi yaitu mendekati 3 gigi peranak.

Di Indonesia angka DMFT menurur WHO cenderung meningkat, pada tahun 1970, DMFT=0,70, tahun 1980 DMFT=2,30, dan pada tahun 1990 adalah 2,70, meskipun pada pelita VI DMFT=2,69. Namun yang memprihatinkan keinginan masyarakat untuk berobat gigi dan mulut sedini mungkin masih belum dapat dilaksanakan, sehingga ratio tambal dan cabut di Puskesmas rata-rata dalam Pelita VI adalah 1:4.

Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui need dan demand masyarakat setempat. Penelitian dilakukan selama 10 bulan, dengan disain studi Cross Sectional di propinsi Jawa Barat yaitu di Kodya dan Kabupaten Sukabumi, Kodya dan Kabupaten Bandung serta Kodya dan Kabupaten Bogor.

Sampel adalah pengunjung puskesmas yang telah berusia diatas 12 tahun. Puskesmas yang terpilih adalah Puskesmas Selabatu (Kodya Sukabumi), Puskesmas Cisaat (Kabupaten Sukabumi), Puskesmas Padasuka (Kodya Bandung), Puskesmas Rancaekek (Kabupaten Bandung) dan Puskesmas Bogor Tengah (Kodya Bogor) dan Pusksmas Cileungsi (Kabupaten Bogor). Jumlah sampel adalah 240 orang, masing -masing puskesmas 40 orang.

Pengumpulan data melalui pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut serta wawancara, pengisian formulir KAP dan jenis pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dibutuhkan oleh masyarakat serta formulir untuk mencatat tenaga kesehatan dan sarana yang ada di puskesmas terpilih.

Hasil penelitian didapatkan nilai DMFTnya bervariasi dan umumnya tingkat keparahannya tinggi yaitu berkisar antara 4,82--8,67, sedangkan nilai rata-rata OHIS berkisar antara 1,07--1,98 adalah sedang atau cukup. Dan rata-rata keinginan dari pasien yang datang ke puskesmas untuk berobat gigi dan mulut adalah ingin mencabut gigi yang kemudian diikuti dengan keinginan untuk menambal gigi. Sedang kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas terpilih sudah cukup memadai, dengan satu dokter gigi dan satu perawat gigi.


PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT


Upaya penanggulangan masalah kesehatan gigi dan mulut haruslah didasarkan pada pemahaman yang baik tentang berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut masyarakat, baik provider sebagai pelaksana pelayanan maupun masyarakat sebagai pengguna pelayanan yang tersedia.

Penelitian tentang provider/dokter gigi, telah dilakukan oleh puslit ptm, badan litbang kesehatan, dan oleh bintoro s, gambaran pengguna jam kerja dokter gigi di puskesmas kecamatan wilayah kota, jakarta pusat tahun 1987.

Dalam penelitian ini tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut di depok dan tanggarang tahun 1996, bertujuan untuk mendapatkan data tentang pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut dari berbagai tingkat pendidikan dan pekerjaan, dan mendapat masukan untuk pengembangan pesan-pesan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, serta media komunikasi yang sesuai dan yang dapat diterima oleh sasaran, serta sebagai base line data penelitian yang akan datang.

Dengan cross sectional study, menggunakan kuesioner untuk wawancara dengan jawaban terbuka pada responden yang terdiri dari buruh pabrik di tanggerang, orang tua murid s.d negeri dan guru s.d di depok dan mahasiswa fkm-ui depok, masing-masing group responden 100 orang. Setelah wawancara, dilakukan fokus group diskusi masing-masing kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan meskipun pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi dan mulut mahasiswa fkm-ui relatif lebih tinggi dari ketiga group responden lainnya, akan tetapi tidak berbeda banyak. Dan dapat dikatakan meskipun pengetahuan lebih baik dari sikap dan perilaku akan tetapi secara umum masih sangat rendah. Media informasi yang dikonsumsi masyarakat cukup banyak mulai dari televisi, radio, koran, dan majalah.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut masih sangat kurang, disarankan penanganan dental health education keseluruh masyarakat sangat mendesak untuk segera ditangani secara serius melibatkan para ahli kie.
Menggunakan media informasi segala cara terutama audiovisual, meskipun mahal akan tetapi sangat effektif dan mencapai banyak sasaran dengan cepat, menggunakan poster untuk daerah pedesaan.
Menggunakan segala dana dan daya yang ada untuk mengkonsentrasikan program promotif ini.
Memperkenalkan perawatan oral prophylasis sebagai salah satu cara untuk memelihara gigi, pencegahan dan kontrol terhadap penyakit gigi dan mulut secara rutin. Sebagai pelaksana selanjutnya dapat menggunakan tenaga lulusan akademi perawat gigi.

Bila masyarakat sudah terdidik dan mengerti bagaimana merawat gigi dengan benar makan demand akan meningkat, untuk itu perlu dipersiapkan sarana untuk oral prophylaxis yang memadai sehingga petugas/dokter gigi dengan senang mengerjakannya. Dengan memulai program promotion dan prevention diharapkan kunjungan kepoliklinik gigi meningkat, tindakan tambal akan lebih banyak dari pada cabut, prevalensi karies menurun. Mengusulkan 1-2 jam mata ajaran oral health education, terutama promotion dan prevention pada mahasiswa fkm program s-1, karena sebagai calon sarjana kesehatan masyarakat, minimal harus mengetahui perawatan gigi, proses sakit gigi dan oral prophylaxis.


CEGAH KARIES GIGI
TIDAK cukup air. Inilah masalah yang biasa dihadapi sepanjang Ramadan. Walaupun disaran minum banyak air selepas berbuka, saranan ini sukar dilaksanakan kerana ramai tidak mahu berulang ke tandas pada waktu malam.

Namun kekurangan air boleh menyebabkan kita menghadapi masalah nafas berbau dan ini tentu lebih memalukan. Hampir 75 peratus daripada komponen badan kita membabitkan air. Jika kekurangan air, banyak proses fisiologi dalam badan akan terjejas.
Ini termasuk proses pemecahan dan pencernaan makanan yang dimakan ketika berbuka dan bersahur. Makanan yang tidak dicerna dengan sempurna di dalam perut boleh menghasilkan bau yang ‘berpindah’ ke mulut. Ini antara punca bau mulut yang kurang menyenangkan, terutama ketika berpuasa.

Namun menurut Ketua Jabatan Kesihatan Awam Pergigian, Fakulti Pergigian Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Profesor Madya Dr Tuti Ningseh Mohd Dom, ia bukan punca utama masalah mulut berbau.
Kehadiran penyakit pergigian seperti karies, penyakit gusi dan gigi berlubang turut menyumbang kepada masalah bau mulut. Penyakit pergigian ini perlu dirawat segera kerana ia bukan saja dapat mengatasi masalah bau mulut, tetapi mengelakkan kita kehilangan gigi.
Selain itu, sisa makanan yang tidak dibersihkan dengan baik akan memburukkan keadaan kerana bakteria di dalam mulut bertindak balas dengan sisa makanan berkenaan dan menghasilkan gas ammonia yang mengeluarkan bau busuk.

Dr Tuti berkata, mulut adalah jendela tubuh manusia. Apabila mulut sihat, seluruh badan juga secara tidak langsung akan sihat. Malah, kita boleh melakukan pelbagai aktiviti, termasuk bersosial, tanpa rasa segan atau rendah diri kerana nafas berbau.
Semua orang tahu perkara ini. Bahkan semua juga tahu dan diajar sejak kecil kita perlu memberus gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari untuk mendapatkan gigi dan mulut sihat.
Bagaimanapun, kajian dijalankan Bahagian Pergigian Kementerian Kesihatan ke atas 10,000 orang dewasa pada 2000 mendapati, hampir 100 peratus responden mengakui hanya memberus gigi sekali sehari.
Kajian pada 2004 ke atas kanak-kanak berumur enam tahun mendapati, tujuh daripada 10 orang mengalami karies gigi (kebusukan dan luluhan bahan gigi). Di kalangan kanak-kanak berumur 12 tahun pula, enam daripada 10 orang turut mengalami masalah ini.
“Lebih memeranjatkan, sembilan daripada 10 orang dewasa ada karies gigi. Daripada 10,000 yang disoal selidik, kira-kira 90 peratus mengalami masalah sakit gusi. Ini bermakna hanya 10 peratus orang dewasa di negara kita mempunyai gusi sihat.
“Kesedaran terhadap kepentingan penjagaan gigi juga masih rendah kerana hanya lima peratus orang dewasa menjalani pemeriksaan gigi. Lebih 50 peratus orang hanya datang berjumpa doktor gigi apabila ada masalah atau sakit gigi,” katanya ketika menyampaikan taklimat Penjagaan Mulut Menurut Amalan Islam pada pelancaran ubat gigi Colgate Kayu Sugi anjuran Colgate-Palmoline (M) Sdn Bhd.

Dr Tuti berkata, ada pesakitnya bertanya, apakah sakit gigi boleh mati. Sehingga kini memang belum ada orang mati kerana sakit gigi, tetapi kesannya boleh menyebabkan seseorang terasa ingin mati.
Ini kerana apabila sakit gigi, semua aktiviti seolah-olah terhenti. Bahkan hendak makan pun susah dan terasa sakit. Sakit gigi juga boleh menimbulkan perasaan malu kerana ia menunjukkan kita tidak mementingkan soal kebersihan diri.

Walaupun ada yang menganggapnya remeh, ia sangat penting kerana masalah gigi dan nafas berbau boleh menjejaskan kualiti hidup, terutama jika ia mempengaruhi hubungan dengan pasangan.
Ini sebabnya Islam menekankan penjagaan kebersihan gigi. Malah, Rasulullah SAW pernah bersabda yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bermaksud, “Jika tidak membebankan, akan kusuruh umatku menggunakan kayu pembersih gigi setiap kali mengerjakan solat.”
Diriwayatkan juga Rasulullah akan membersihkan giginya setiap kali sebelum solat, bertahajud, bangun tidur dan sebelum balik ke rumah berjumpa isterinya.

“Penjagaan kebersihan gigi pada bulan puasa sama seperti hari tidak berpuasa. Cuma setiap orang dianjurkan minum banyak air kosong selepas berbuka, terutama bagi individu yang ada masalah nafas berbau.
“Paling penting, jangan makan makanan manis antara waktu makan (snek). Jika mahu, makanan manis ini diambil bersama ketika sarapan, makan tengah hari atau makan malam. Snek manis antara punca utama kerosakan gigi,” katanya.

Selain itu, beberapa panduan boleh diamalkan untuk mengekalkan kesihatan mulut iaitu:

1. Kawal pemakanan.
Tiada halangan untuk menikmati semua jenis makanan, tetapi mesti bersederhana. Kurangkan makanan dan minuman manis kerana gula antara penyumbang besar masalah kerosakan gigi.

2. Amalan kebersihan mulut yang baik.
 Berus gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari.
 Gunakan berus gigi lembut.
 Gunakan ubat gigi berflourida. Ubat gigi mengandungi rumusan kayu sugi juga satu kelebihan. Kayu sugi daripada pokok Salvadora persica digunakan dalam penjagaan gigi sejak turun temurun dan semua bahagian pokok termasuk daun, bunga, buah, biji dan batang boleh digunakan untuk membersihkan gigi.

Dahannya yang berserat digunakan sebagai berus gigi dan banyak kajian membuktikan ekstrak kayu sugi mempunyai kelebihan sebagai antibakteria, antikaries dan antiperiopatik (anti kerosakan gigi).


3. Berhenti merokok.

Rokok akan menyebabkan gusi menjadi tidak sihat dan melambatkan proses pemulihan luka jika gusi berdarah. Malah, kandungan tar dalam asap rokok akan menjadikan gigi berwarna kuning dan berkarat.

4. Jalani pemeriksaan gigi sekurang-kurangnya dua kali setahun.

Langkah ini membolehkan masalah gigi dikesan awal dan mengelakkan kita kehilangan gigi.

5. Gunakan air berflourida yang sangat baik untuk mencegah masalah karies gigi.

6. Kurangkan makan makanan yang masam kerana ia boleh menghauskan gigi.



KELAINAN PADA BIBIR, MULUT & LIDAH

DEFINISI

LUKA & PERTUMBUHAN LAINNYA DI MULUT

Setiap luka terbuka yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih harus diperiksa oleh dokter gigi atau dokter umum, terutama jika tidak menimbulkan nyeri.
Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di bibir atau pipi biasanya memiliki penyebab yang tidak terlalu serius; bisa merupakan sariawan (canker sores) atau merupakan akibat dari tergigitnya bibir atau pipi secara tidak sengaja.

Luka terbuka di dalam mulut seringkali berwarna putih, kadang dengan pinggiran yang berwarna merah.
Suatu luka terbuka bisa terbentuk jika penderita meletakkan aspirin diantara pipi dan gusi sebagai suatu cara (yang salah) untuk mengurangi sakit gigi.
(more…)
Kanker & Pertumbuhan Lainnya Di Mulut
Posted by lawalangy in dentistry news. add a comment
Kanker & Pertumbuhan Lainnya Di Mulut
DEFINISI
Pertumbuhan jinak (non-kanker, benigna) dan pertumbuhan ganas (kanker, maligna) bisa berasal dari berbagai jaringan di dalam dan di sekitar mulut, termasuk tulang, otot dan saraf.
Kanker yang berasal dari lapisan mulut atau jaringan permukaan disebut karsinoma, kanker yang berasal dari jariangan yang lebih dalam disebut sarkoma.Meskipun jarang terjadi, kanker yang ditemukan di dalam mulut bisa berasal dari bagian tubuh lainnya, terutama paru-paru, payudara dan prostat.Kanker dengan garis tengah kurang 1 cm biasanya dapat diobati dengan mudah.
Tetapi kebanyakan kanker tidak terdiagnosis sampai kanker tersebut telah menyebar ke kelenjar getah bening rahang dan leher.
Karena terlambatnya penemuan kanker ini, maka 25% dari kanker mulut bersifat fatal
(more…)
Masalah Kedaruratan Gigi
Posted by lawalangy in dentistry news. add a comment
Masalah Kedaruratan Gigi
SAKIT GIGI

Sakit gigi bisa terjadi karena:

- karies gigi

- abses
-
- peradangan gusi di sekitar akar gigi (perikoronitis)
-
- peradangan sinus (sinusitis).

Jika beberapa gigi atas terasa sakit pada saat mengunyah atau ketika membungkuk, maka kemungkinan penyebabnya adalah sinusitis (terutama jika sakit gigi timbul pada saat penderita menderita pilek).
Pengobatan untuk sinusitis adalah antibiotik dan dekongestan (obat untuk melegakan hidung tersumbat).


KAWAT GIGI, ANTARA TREND DAN KEPERLUAN
Posted by lawalangy in dentistry news. add a comment
Sampai sekarang, memakai kawat gigi masih menjadi tren. Dari orang biasa, sampai selebritis, ramai-ramai memakainya. Meski harganya ’selangit’, penggemar kawat gigi ini tetap saja banyak. Sekadar tren, atau memang perlu?
Meskipun fungsi utamanya bukan untuk hiasan, tapi kenyataannya, banyak orang menjadikan kawat gigi sebagai aksesoris. Bentuk serta bahan yang unik, menjadikan kawat perata ini menjadi penghias gigi. Padahal, tidak sembarang orang membutuhkan kawat gigi, lo.
Menurut Drg. Ines Nisa Khairi, Sp. Ort, dari Klinik Kharinta, Bintaro Jaya, kawat gigi dibutuhkan untuk memperbaiki gigi yang letaknya tidak pada tempatnya, bertumpuk dan berjejal-jejal sehingga kekurangan tempat, tumbuh terlalu jarang sehingga ada celah di antara gigi-gigi, atau letaknya terlalu maju atau mundur. “Kondisi gigi seperti itulah yang dapat diperbaki dengan dibantu alat yang disebut kawat gigi.”

Tidak ada komentar: